tabot
Perayaan
Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang India asal
Siphoy yang datang bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu tahun
1685. Mereka datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian
selatan, bersama-sama bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu.
Salah satu pendatang tersebut adalah Ulama Syiah bernama Syeh
Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, nama "Tabut" berasal dari kata Arab
yaitu Tabut, yang secara harfiah berarti Kotak Kayu atau Peti. Konon
menurut kepercayaan kaum Bani Israil pada waktu itu bahwa bila Tabut ini
muncul dan berada di tangan pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan
bagi mereka. Namun sebaliknya bila Tabut tersebut hilang maka akan
dapat mendatangkan malapeta bagi mereka.
Karena
upacara ini sudah cukup lama tumbuh dan berkembang di sebagian
masyarakat Kota Bengkulu, maka akhirnya dipandang sebagai upacara
tradisional orang Bengkulu. Baik dari kalangan kaum Sipai maupun oleh
seluruh masyarakat Melayu Bengkulu. Dengan demikian jadilah Upacara
Tabot sebagai Upacara Tradisional dari suku Melayu Bengkulu.
Di
Bengkulu sendiri, upacara Tabot ini merupakan upacara hari berkabung
atas gugurnya Syaid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang
cucu Nabi Muhammad SAW. Inti dari upacara tersebut adalah mengenang
usaha dan upaya para pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang berupaya
mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husien. Setelah semua bagian
tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.
Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 01 sampai
dengan 10 Muharram. Adapun tahapan dari upacara Tabot tersebut adalah
sebagai berikut : Mengambil Tanah, Duduk Penja, Meradai, Merajang, Arak
Penja, Arak Serban, Gam (masa tenang/berkabung) dan Arak Gedang serta
Tabot terbuang.
PROSESI RITUAL TABOT
1. Mengambil Tanah ( 1 Muharam pkl 22:00 WIB)
Tanah yang diambil pada tahapan ini haruslah berasal dari tempat keramat yang mengandung unsur-unsur magis.
2. Duduk Penja ( 5 Muharam pkl 16:00 WIB)
Penja
adalah benda yang terbuat dari kuningan, perak, atau tembaga yang
berbentuk telapak tangan manusia, lengkap dengan jari-jarinya. Penja
yang dianggap sebagai benda keramat yang mengandung unsur magis, harus
dicuci dengan air limau setiap tahunnya.
3. Meradai ( 6 Muharam pkl 07:00-17:00 WIB)
Mengumpulkan
dana yang dilakukan oleh Jola (orang yang bertugas mengambil dana untuk
kegiatan kemasyarakatan, biasanya terdiri dari anak-anak berusia 10—12
tahun).
4. Manjara ( 6-7 Muharam pkl 20:00 – 23:00 WIB)
merupakan
acara berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk beruji atau
bertanding dal (alat musik sejenis beduk, yang terbuat dari kayu dengan
lubang di tengahnya, serta ditutupi kulit lembu).
5. Arak Penja ( 8 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Pada
acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15
orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja dengan
menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam
Kota Bengkulu.
6. Arak Serban ( 9 Muharam pkl 19:00-21:00 WIB)
Benda
yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih diletakkan
pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera / panji-panji
berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan Husein”
dengan huruf kaligrafi yang indah.
7. Gam
Gam
sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang.
Suatu waktu yang telah ditentukan dimana pada waktu tersebut semua
aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan
termasuk menyembunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut
juga masa tenang.
8. Arak Gedang ( 9 Muharam atau malam 10 Muharam)
Dengan
diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing.
Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak
dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang
telah ditentukan. Di jalan protokol semua Tabot bertemu sehingga
membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.
9. Tabot Terbuang
Tabot-tabot
disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok tabot.
Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur
Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini
menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena di sana dimakamkan
Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu.
Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual
upacara Tabot.
Upacara
Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek ritual
hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh
sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus
dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang
mengandung aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.
Tabot
yang terus berkembang dari tahun ke tahun itu lama-kelamaan sudah
semakin meninggalkan arti upacara tabot itu sendiri. Tabot yang sekarang
lebih ke acara festival dan Tabot sendiri dijadikan suatu objek
pariwisata di Bengkulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar